MENAJAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Selasa, 12 April 2011

BIAYA PENDIDIKAN MENCEKIK RAKYAT KECIL

Ngawi, 12 April 2011.
Terasa mencekik terutama rakyat kecil yang hidup di pinggiran hutan atau dikolong jembatan di ibukota, ketika lembaga pendidikan digunakan oleh oknum pengelolanya untuk dikomersialkan. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan jaminan hidup seseorang di kemudian hari. Oleh karena itu banyak orang tua yang berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah-sekolah yang terbaik menurut mereka agar mendapatkan pendidikan yang terbaik pula. Namun perlu mendapat perhatian kita semua bahwa masih banyak masyarakat kita yang tingkat kesejahteraannya masih dibawah standar kelayakan hidup. Jangankan untuk memikirkan biaya pendidikan sekolah, untuk biaya makan sehari-hari saja sulit untuk dipenuhi dan harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Apalagi dengan adanya issue lewat dialog yang dilakukan televisi tentang naiknya harga BBM saat ini menjadikannya kebutuhan untuk hidup semakin tidak terjangkau lagi.

Kenapa biaya pendidikan bisa meroket di bumi kita tercinta ini? Padahal menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas anggaran pendidikan di Negara kita ini sebesar 20% dari APBN, untuk apa uang sebesar itu? Mari kita lihat komponen biaya pendidikan yang biasanya ditarik oleh pihak sekolah yang membikin biaya pendidikan tidak terjangkau lagi bagi masyarakat kecil.

Seragam sekolah.
Tahun Ajaran baru, seragam sekolah merupakan sasaran pertama yang mengakibatkan mahalnya biaya pendidikan. MENGAPA SERAGAM SEKOLAH? Siswa yang baru masuk ke sekolah tertentu diwajibkan memiliki seragam oleh pihak sekolah dengan dalih yang dibuat-buat sehingga orang tua terpaksa harus mengeluarkan uang untuk seragam tersebut dan celakanya harganya diluar nalar karena dibandingkan dengan yang ada di pasar malah lebih mahal. Tanpa disadari oleh pihak sekolah komponen seragam ini menjadi momok tersendiri bagi masyarakat kecil di tahun bajaran baru. Dan yang membuat celaka lagi selain seragam harian merah-putih untuk SD, biru-putih untuk SMP dan abu-abu putih untuk SMA serta seragam pramuka ada sekolah yang mewajibkan siswanya untuk memakai seragam khusus sekolah yang biasanya berupa seragam batik untuk dipakai pada hari-hari tertentu. Ini merupakan gagasan yang cerdas untuk menarik keuntungan. Gagasan siapakah ini? Dengan cara ini pihak sekolah telah sukses menambah beban rakyat kecil sehingga hidupnya sampai tercekik.

Biaya pengadaan buku.
Beban biaya sekolah yang yang mencekik rakyat kecil berikutnya adalah komponen buku. Akhir-akhir ini ada sinyalemen bahwa buku yang digunakan di sekolah adalah buku yang discount dari penerbit tinggi bukan mutu buku yang menjadi pertimbangan pertama dan utama. Dan parahnya lagi harus dibeli lewat sekolah yang notabene harganya lebih tinggi dibandingkan harga di toko buku. Mengapa demikian? Menurut rumor discount dari penerbit bisa mencapai 40%. Bukan main pandainya pengelola sekolah untuk mencekik rakyat kecil. Belum lagi tambahan biaya yang harus ditanggung oleh orang tua yakni pengadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus dimiliki siswa. Jika kita cermati LKS ini tidak lain tuntunan yang menghasilkan suatu konsep, oleh karena itu seharusnya materi ini sudah menyatu pada buku matapelajaran. Sebetulnya pemerintah sudah membuat kebijakan dengan menyajikan buku system online hal ini ternyata belum bias menyelesaikan permasalahan mahalnya pengadaan buku karena pihak sekolah banyak yang tidak menggunakan buku tersebut tapi lebih memilih buku dari penertib tertentu yang harganya jelas sangat mahal.

Biaya rutin dan biaya incidental.
Biaya rutin sekolah yang harus dibayarkan setiap bulan, penggunaannya biasanya untuk operasional sekolah seperti pengadaan ATK, honorarium GTT/PTT dls. Pertanyaan kita dikemanakan dana BOS selama ini? Biaya insidental yang biasanya dibebankan kepada orangtua siswa satu tahun sekali yang besarnya juga tidak sedikit. Biaya ini biasanya diperuntukan untuk menambah ruang kelas; merehab bangunan sekolah yang sudah rusak; pengadaan sarana untuk meningkatkan mutu seperti computer, alat laboratorium dls; bahkan untuk operasional sekolah.

Biaya tak terduga.
Selain biaya tersebut diatas orang tua juga harus menyediakan biaya lainnya seperti biaya untuk study Tour, pelepasan siswa kelas 3, biaya untuk kegiatan memperingat hari-hari besar dls.

Dari keempat hal yang sudah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan memang luar biasa besarnya dan mencekik rakyat kecil. Semoga para pengelola pendidikan khususnya pendidikan dasar (SD dan SMP) untuk memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat sehingga dalam membuat kebijakan tidak seharusnya membebani masyarakat kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar