MENAJAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Selasa, 24 Mei 2011

“NGATOK” MERUPAKAN SIFAT PEJABAT YANG TIDAK BERMARTABAT

Pertanyaan kita kali ini adalah masih adakah pejabat yang memiliki kebiasaan Ngatok atau penjilat pada atasannya? Di era otonomi daerah ini jika kita perhatikan di lingkungan birokrasi terasa sekali aroma para pejabat yang ngatok pada Bupati/Walikota terpilih. Tidak tanggung-tanggung para pejabat yang ngatok ini memiliki jabatan yang lumayan tinggi kedudukannya bahkan tidak menutup kemungkinan merupakan eselon 2 di tingkat kabupaten/kota. Ngatok atau penjilat dalam lingkaran birokrasi biasanya merupakan orang-orang yang senang menebar fitnah dan sering memutar balikan fakta, membuat laporan yang asal bapak senang, menjatuhkan teman yang tidak sehaluan dengan kelompoknya melalui berbagai cara termasuk membuat fitnah tersebut. Orang yang ngatok atau penjilat ini jika sudah masuk lingkaran birokrasi dan diterima oleh atasannya maka orang tersebut menjadi sombong dan memiliki sifat Adigang, Adigung, Adiguna. Artinya, sifat menyombongkan diri pada kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki karena kedekatannya dengan Bupati/Walikota. Peribahasa Adigang, Adigung, Adiguna ini mengingatkan bahwa kelebihan seseorang sering membuat sombong, lupa diri, sehingga berdampak buruk bagi yang bersangkutan maupun orang lain. Paling tidak perilaku ini menjadikan suasana kehidupan orang lain atau masyarakat sekitarnya menjadi kurang nyaman. Perlu untuk dijadikan renungan bagi para pejabat yang memiliki sifat tersebut karena dapat mengakibatkan kehancuran baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, paling tidak dia akan dikucilkan, minimal dirasani, menjadi bahan pergunjingan atau pembicaraan negatif di lingkup pergaulannya.

Sifat ngatok yang dilakukan pejabat kepada Bupati/Walikota juga sangat merugikan pemerintah daerah itu sendiri karena pejabat tersebut biasanya memiliki kegemaran membuat laporan “asal bapak senang” (ABS). Memang sudah selayaknya kalau seorang bawahan harus tunduk kepada pejabat diatasnya dan sudah sepatutnya jika anak buah ingin memberikan karya dan laporan perfect pada atasannya serta sudah sewajarnya kalau bawahan memberikan laporan kinerja secara sempurna sehingga atasan menjadi senang. Tunduk dan patuhnya seorang bawahan pada pejabat di atasnya adalah hukum sebab-akibat dan mutlak dalam konsep menejemen. Semua ini akan menjadi baik apabila apa yang disampaikan bawahan kepada pimpinannya merupakan hal yang benar atau sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Namun akan menjadi hancur tatkala bawahan hanya membuat laporan asal bapak senang yang mana bawahan membuat laporan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, targetnya hanya menyenangkan atasan seusai membaca laporan. Celakalah pemerintah daerah yang memiliki pejabat hanya mengedepankan kepentingan pribadinya dengan membuat laporan asal bapak senang, dan lebih celaka lagi apabila pemimpin yang menerima laporan memiliki sikap mental yang malas terjun langsung ke lapangan untuk mengecek, mengontrol progres/hasil kerja bawahannya, namun menjadikan laporan bawahannya sebagai bahan untuk mengambil sebuah kebijakan. Karena itu marilah kita kawal bersama sama dengan cara memberi masukan-masukan kepada Bupati/Walikota tentang data yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan sehingga diharapkan kebijakan yang dibuat tidak hanya berdasarkan laporan pejabat namun juga memperhatikan fakta yang ada di lapangan. Jika ini terjadi maka rakyatlah yang akan menikmati hasilnya dan sebaliknya apabila kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan data di lapangan maka terlantarlah rakyat yang dipimpinnya.

Sifat ngatok yang dilakukan para pejabat dapat mengakibatkan mandegnya kreativitas dan bahkan membuat disiplin pegawai rendah. Mengapa? Hal ini bisa terjadi disebabkan karena pengangkatan pejabat di tingkat kabupaten/kota yang asal-asalan yang pasti berasal dari kelompok pejabat yang ngatok tersebut jadi bukan atas dasar kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut. Dari sini tentunya bisa dimengerti jika pegawai yang ada akan malas bekerja karena karier yang tidak jelas dan akhirnya akan membunuh kreativitas pegawai tersebut. Kekurang disiplinan tersebut disebabkan karena tidak ada perbedaan antara pegawai yang disiplin dan pegawai yang tidak disiplin karena karier ditentukan bukan karena kompetensi tapi siapa yang dekat dengan kelompok orang-orang yang ngatok tadi.

Sifat ngatok berikutnya ini yang paling mengerikan, yaitu pejabat tersebut masih memiliki sifat feodal yakni cara memimpin dengan menggunakan pendekatan kekuasaan. Pemimpin gaya feudal biasanya senang jika ada bawahan yang menjilat dan selalu ingin dihormati bahkan gila hormat, marah jika ada bawahan yang memiliki pengetahuan melebihi pimpinan apalagi berani mengoreksi kebijakan atasannya. Sudah saatnya orientasi kepemimpinan birokrasi yang bersifat feodalistik diubah ke arah kepemimpinan transformasional. Walapun saat ini kepemimpinan yang bersifat transformasional sudah mulai terjadi di era otonomi daerah namun masih banyak juga pejabat yang belum menerapkannya yakni pejabat yang senang ngatok tersebut. Sudah saaatnya pemimpin yang senang ngatok untuk dihilangkan dari bumi pertiwi tercinta ini karena pejabat ngatok merupakan sumber malapetaka yakni melestarikan buadaya Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Lebih buruk lagi apabila budaya ngatok secara umum sudah diketahui di lingkungan kerjanya maka tujuan kerja sudah bukan tujuan bersama lagi, tapi tujuan untuk menaikkan pamor seseorang (Pemimpin yang suka bila bawahanya menjilat). Jadi kalau sudah begini hancurlah pemerintah daerah tersebut karena pejabat pasti tidak bekerja secara professional lagi namun mencari jalan untuk melanggengkan posisi kelompoknya dan akhirnya berujung pada penistaan terhadap kepentingan rakyat yang dipimpinnya.

Masih bermartabatkah pejabat yang suka ngatok tersebut? Tentunya jika dirasakan oleh orang yang normal jawabannya pasti pejabat tersebut sudah tidak bermartabat lagi karena akibat yang ditimbulkan dari ulahnya banyak menimbulkan kerugian, baik secara personal maupun kepentingan masyarakat luas. Sekali lagi pejabat ngatok ini perlu dimusnahkan dari bumi tercinta ini. Semoga ada pejabat ngatok membaca artikel ini dan menjadi sadar serta kembali ke jalan yang benar sehingga kepentingan rakyatlah yang menjadi utama. Aminn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar