MENAJAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Selasa, 22 Februari 2011

MENAJAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH





Sering terdengar, bahkan sudah lama berlangsung, perilaku-perilaku anak usia sekolah seperti tawuran antar pelajar, mabuk-mabukan, narkoba, rendahnya rasa hormat siswa kepada orang tua atau guru, dan yang terakhir adalah beredarnya video porno yang diduga  dilakukan oleh pelajar yang masih duduk di bangku SMP, yang semua itu merupakan cermin bahwa perilaku yang tidak terpuji telah terjadi pada peserta didik. Kejadian di atas membuka apresiasi dan motivasi pada pentingnya penyelenggaraan pendidikan yang membangun dan menumbuh-kembangkan pembentukan karakter yang kuat dan cerdas bagi peserta didik. Mempertimbangkan berbagai kenyataan pahit yang kita hadapi seperti dikemukaan di atas, hemat saya, menajamkan pendidikan karakter di sekolah merupakan langkah penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri peserta didik.

Pendidikan karakter, meskipun sudah seringkali digembar-gemborkan sebagai suatu kepentingan dan kemendesakan dalam kinerja pendidikan kita, tampaknya tidak sehebat dengungnya ketika sampai di lapangan. Pendidikan karakter tampak pelan-pelan makin hilang dan tampaknya kurang begitu mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan pendidik. Mengapa pendidikan karakter sekarang ini mulai mengalami kemunduran? Apakah karena memang lembaga pendidikan kita telah kehilangan visi, terlalu sibuk dengan program jangka pendek, telah terlalu banyak terbebani tugas-tugas administrativ sehingga terlena dan lalai untuk meningkatkan peran penting pendidikan karakter yang memiliki tujuan jangka panjang dan hasilnya tidak secara langsung dapat dirasakan. Munculnya kembali gagasan tentang pendidikan karakter pada akhir-akhir ini cukup menarik perhatian berbagai kalangan dan tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan karakter memang sangat urgen bagi peserta didik terutama untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpim di masa yang akan datang. Melalui pendidikan karakter diharapkan mampu mencetak para generasi muda yang tidak hanya “pintar” logikanya, akan tetapi juga mewarisi karakter bangsa yang luhur sehingga peristiwa-peristiwa tersebut di atas tidak akan terjadi lagi.

Apakah Pendidikan Karakter Itu?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Berkenaan dengan karakter, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,           Prof. Suyanto, PhD menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Masih menurut Prof. Suyanto, PhD bahwa Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Sedangkan Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas mendifinisikan bahwa Pendidikan Karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Dengan demikian pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya yang dirancang secara sistematis dan berkesinambungan untuk membentuk kepribadian peserta didik agar memiliki pengetahuan, perasaan, dan melakukan tindakan yang berdasarkan pada norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkesinambungan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan agar dengan mudah menghadapi segala macam tantangan kehidupan. Terdapat Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) kemandirian dan tanggung jawab; (3) kejujuran/amanah; (4) hormat dan santun; (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; (6) percaya diri dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan keadilan; (8) baik dan rendah hati, dan; (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendifinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antarmanusia, dan mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan. Oleh karena pendidikan karakter merupakan konsekuensi logis dari proses pendidikan itu sendiri.

Bagaimana Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah ?
Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter yaitu : (1) moral knowing : memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik; (2) moral feeling : membangun kecintaan berperilaku baik pada peserta didik yang akan menjadi sumber energy anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya; (3) moral action : bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Seringkali pendidikan karakter tidak berjalan seperti yang kita harapkan, salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan peserta didik berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu, karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan. Berangkat dari pemikiran tersebut maka kesuksesan pendidikan karakter sangat tergantung pada ada tidaknya ketiga aspek tersebut (moral knowing, moral feeling, moral action). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter bukan saja membangun pengetahuan tentang karakter yang baik (moral knowing), namun juga harus dilanjutkan dengan membentuk perasaan dalam diri peserta didik agar memiliki kepekaan rasa terhadap hal-hal yang kurang baik (moral feeling) dan dapat mengimplementasikan karakter-karakter yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari (moral action).

Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang ada dilingkup pendidikan itu sendiri. Menurut Doni Koesoema A, ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman bagi promosi pendidikan karakter di sekolah : (1) karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakana atau kamu yakini. Jadi, perilaku berkarakter itu ditentukan oleh perbuatan, bukan melalui kata-kata seseorang; (2) setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. Individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang diambilnya, hanya dari keputusannya inilah seorang individu mendifinisikan karakternya sendiri. Jadi setiap keputusan menjadi semacam jalinan yang membingkai, membentuk jenis manusia macam apa yang diinginkannya; (3) karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung risiko. Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang baik, juga akan memilih cara-cara yang baik bagi pembentukan dirinya. Seorang yang memiliki karakter dan memiliki integritas moral akan menjaga keutuhan dirinya, yaitu keserasian antara pikiran, perkataan dan tindakan, bahkan jika atas keyakinan ini ia harus membayar mahal dengan resiko yang benar; (4) jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka. Perilaku yang buruk bukanlah standar perilaku yang patut dicontoh, walaupun itu dilakukan oleh banyak siswa lain. Nilai yang baik adalah nilai yang di dalam dirinya sendiri memang baik, nilai itu bukan menjadi baik kalau banyak orang melakukannya melainkan karena nilai itu memang baik di dalam dirinya sendiri, meskipun hanya sedikit melakukannya; (5) apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformative. Para siswa perlu disadarkan bahwa setiap tindakan yang berkarakter, setiap tindakan yang bernilai, dan setiap perilaku bermoral yang mereka lakukan memiliki makna dan bersifat transformative. Jika perubahan itu belum terjadi di dalam masyarakat paling tidak perubahan itu telah terjadi di dalam diri siswa itu sendiri.

Locus Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Sekolah jika di jadwal dengan semangat pendidikan karakter akan menjadi tempat yang efektif bagi pembentukan individu sehingga mereka bertumbuh dengan baik di dalam lingkungannya. Segala peristiwa yang terjadi di dalam sekolah dapat diintegrasikan dalam program pendidikan karakter. Lingkungan yang dimaksud disini adalah momen-momen dalam lingkungan sekolah yang dapat dipakai sebagai sebuah sarana atau kesempatan dalam mengembangkan pendidikan karakter. Lingkungan pendidikan sekolah yang menjadi tanah subur bagi pertumbuhan karakter anak didik antara lain pemahaman tentang sekolah sebagai wahana aktualisasi nilai, penghayatan momen-momen perjumpaan antara guru dan siswa, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Sekolah dengan demikian menjadi tempat istimewa bagi penanaman nilai-nilai yang membantu mengembangkan individu menjadi pribadi yang semakin utuh, menghayati kebebasan dan tanggungjawab sebagai individu dan makhluk social. Untuk itu, patutlah ditelaah momen-momen dalam sekolah yang dapat dijadikan locus pendidikan karakter diantaranya (1) pendidikan karakter dalam pembelajaran. Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam pembelajaran dilakukan dengan pengenalan nilai-nilai, memfasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah-laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran pada semua mata pelajaran; (2) pendidikan karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagian peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan ekstra kurikuler merupakan langkah yang sangat strategis dan diharapkan dapat berfungsi sebagai : pertama, pengembangan yaitu mengembangkan kemasmpuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. Kedua, social yaitu mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab social peserta didik. Ketiga, Rekreatif yaitu mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. Keempat, persiapan karier yaitu mengembangkan kesiapan karir peserta didik; (3) setiap perjumpaan adalah momen pendidikan karakter. Setiap perjumpaan sesungguhnya merupakan momen pendidikan nilai itu sendiri. Dalam perjumpaan inilah setiap individu akan merasakan secara langsung apakah dirinya sebagai pribadi yang unik itu diterima di dalam sebuah lingkungan kehidupan social. Dalam perjumpaan inilah seorang individu akan merasakan apakah dirinya diterima dan kebesannya dihargai; (4) mengembangkan kurikulum secara integral. Pendidikan karakter di dalam sekolah dapat semakin sefektif dan menjadi terstruktur jika kurikulum yang dipakai oleh sekolah memiliki jiwa pendidikan karakter. Kurikulum yang dikembangkan sekolah di masa depan akan menjadi penentu kualitas sekolah tersebut, sebab rancangan kurikulum inilah yang akan menentukan apakah pendidikan siswa di sekolah itu memiliki integritas dan keutuhan sehingga mampu menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan akademis dan kompetensi sosialnya secara utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar